Hidup atau mati, Tuhan yang mengatur. Tetapi tentu semua orang berharap meninggal dengan cara yang baik. Baik dalam artian yang wajar-wajar saja. Gak perlu seheboh Oom Michael Jackson atau sedahsyat jadi korban kecelakaan Titanic.
Stase di Forensik membuat saya berpikir bagaimana nanti jika saya meninggal? Ketika melihat jenazah-jenazah itu, saya merasakan ketidakberdayaan. Mungkin manusia memang dirancang seperti itu ya? Mengawali dan mengakhiri hidupnya dalam ketidakberdayaan.
Seorang bayi yang baru lahir, tidak berdaya menghadapi dunia sendirian, karena itu tangan seorang ibu terulur untuk merawatnya. Saat meninggal, manusia tak mampu mengurus sendiri kematiannya. Serem ya kalau ada jenazah menggali lubang kuburnya sendiri!
Kalau manusia setidak berdaya itu, mengapa harus selalu ada AKU? Apalah yang mampu dilakukan manusia seorang diri?
Mungkin ada orang yang memiliki segalanya, mungkin dia bekerja keras sedari muda dan memperoleh segalanya pada akhirnya. NAmun, benarkah itu karena dia seorang? Saya yakin itu karena Yang Di Atas yang memberikan berkat kepadanya.
Jadi masih haruskah menyombongkan ke-AKU-an?
No comments:
Post a Comment